Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah negara yang kaya
akan budaya serta makanannya. Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas
tersendiri. Misalnya Rendang, Keripik Balado, dll dari Sumatra Barat, Coto
Makasar dan Sop Konro dari Sulawesi Selatan, Empek-Empek dan Lempok Duren dari Palembang,
Kue Kemojo dari Riau, dan banyak lagi. Bahkan sebagian dari makanan tradisional
Indonesia sudah menjadi makanan yang mendunia. Makanan-makanan tradisional
merupakan makanan yang juga menjadi warisan dari nenek moyang kita.
Makanan-makanan tersebut sangat kaya rasa, dan tidak sedikit dari makana
tersebut yang memiliki proses pemasakan yang unik dan tradisional pula.
Namun dewasa ini, makanan tradisional memiliki saingan yang
cukup tangguh yang belakangan disebut sebagai fast food atau junk food.
Hampir sebagian besar penduduk Indonesia menggemari makanan cepat saji seperti
pizza, burger, dan banyak lagi. Memang selera rasa dari kedua jenis makanan
tersebut (makanan tradisional, dan makanan cepat saji) sangat berbeda, begitu
juga dengan selera para konsumen. Tapi nilai tambah dari makanan cepat saji
atau junk food tersebut adalahkarena gengsi-nya. Pasalnya makanan seperti pizza, burger, ataupun fried chicken memang terkesan elit
karena hanya dijual di restoran-restoran yang sekarang cukup terkenal karena
sudah menjamur dimana-mana seperti KFC, Pizza Hut, dan sebagainya (tidak
seperti kebanyakan makanan tradisional yang banyak dijual di pasaran dan
tempat-tempat lainnya), serta harganya yang tidak semurah makanan tradisional.
Padahal, dibandingkan dengan makanan tradisional, makanan
yang berasal dari daerah barat tersebut memiliki dampak yang sangat buruk bagi
kesehatan. Terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji seperti pizza dan
teman-temannya dapat memicu penyakit seperti obesitas, kolesterol, serangan
jantung, hingga kanker. Di tempat makanan tersebut berasal, pada tahun 2012 sekitar
3.119.142 orang* meninggal (penyebab kematian terbesar di Amerika) karena
penyakit yang berkaitan dengan jantung akibat terlalu banyak mengkonsumsi JUNK FOOD. Dan karena itu pulalah
makanan sejenis itu dinamai junk food
(makanan sampah).
Di Indonesia sendiri pengkonsumsi junk food semakin bertambah setiap tahunnya dari generasi tua,
muda, bahkan anak kecil. Bisa kita lihat sendiri, akibat banyaknya iklan-iklan
tentang junk food tersebut muncul di TV, serta restoran junk food yang sudah menjamur dimana-mana menyebabkan anak-anak
lebih memilih untuk pergi ke restoran junk food dibandingkan pasar jajanan
tradisional.
Berbeda dengan junk
food, makanan tradisional justru memiliki gizi yang berbeda disetiap
makanannya. Contohnya saja karedok. Makanan dari Jawa Barat ini terdiri dari
berbagai sayuran yang dicampur bumbu kacang. Tentu saja, sayur-sayuran
merupakan makanan sehat yang memiliki segudang vitamin, antioksidan, juga
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Atau kue Clorot dari Jawa Tengah. Kue
basah yang sanggup bertahan hingga 2 hari tanpa pengawet ini juga memiliki
banyak vitamin dan menjadi sumber karbonhidrat karena menggunakan bahan dasar
tepung beras. Ditambah lagi dengan kandungan gizi yang berasal dari gula merah
pada kue clorot ini.
Meskipun banyak orang yang lebih memilih makanan cepat saji,
tapi para pencinta kuliner tradisional tidak menyerah begitu saja. Di beberapa
daerah seperti di Pontianak contohnya, diadakan event wisata kuliner
tradisional dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriah. Pada event itu terdapat
sekitar 40 jenis kue tradisional khas Pontianak seperti klepon, ubi goyang,
nage sari, dan sebagainya. Bahkan kue-kue tersebut disajikan untuk dicicipi
secara gratis pada masyarakat sebagai salah satu upaya mengenalkan kembali makanan
dan kue-kue tradisional yang mungkin sebagian sudah jarang dilihat atau dibuat.
Sumber lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar