Sabtu, 10 Desember 2011

Peran Keluarga dalam Kehidupan

Tema : Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Keluarga adalah aspek paling berhaga yang sangat berperan dalam kehidupan kita. Keluarga juga merupakan wadah bagi salah satu pembentukan karakteristik seseorang. Melalui keluarga, seseorang dapat merasakan hangatnya kasih sayang sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Keluarga juga dapat dijadikan tempat berlindung, dan sebagainya. Suatu keluarga inti terdiri dari suami, istri, dan anak, atau dari sudut pandang lain adalah anak, serta orang tua.

Dalam agama Islam sendiri, keluarga merupakan pondasi dan intuisi yang paling dicintai. Maka dari itu, Allah banyak berfirman terkait keluarga seperti :

  •  An-Nisaa ayat 36 yang artinya "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua."
  • Al-An'am ayat 151 yang artinya "Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua"
  • Al-Israa menyebutkan "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaamu, maka sekali-kalu janganlah kamu mengatakan pada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
Jelas sekali bahwa Islam sangat menekankan kita untuk mencintai dan menghormati keluarga, terutama ayah dan ibu (orang tua). Orang tua dan keluarga memiliki peran dominan dalam kehidupan atau rumah tangga untuk memberi bimbingan kepada putra-putrinya. Kita tahu, sebagian dari orang-orang yang sukses memiliki latar belakang keluarga yang baik, dan harmonis. Keluarga menjadi pendukung setia mereka dalam menggapai kesuksesan. Begitu juga sebaliknya, mereka yang melakukan penyimpangan-penyimpangan biasanya berasal dari keluarga yang dapat dikatakan sebagai broken home. Mereka melakukan hal-hal menyimpang untuk menarik perhatian orang tua, atau sebagai alat pelampiasan rasa sedih, kecewa, dan kesendirian mereka. Maka dari itu, keluarga, terutama orang tua sebaiknya dapat memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya agar mereka tidak lari kepada hal-hal negatif seperti narkotika, atau yang lainnya. Seperti yang sering mereka katakan "bukan harta melimpah yang kami mau, tetapi kasih sayang dan perhatian kalian yang kami pinta".

Seperti kebanyakan orang, saya juga merasakan peran keluarga sangat berarti dalam kehidupan saya. Saya sangat bersyukur karena Allah memberi keluarga yang hangat, harmonis, serta penuh kasih sayang. Dan bagi saya, keluarga adalah hal terindah yang tak bisa digantikan dengan apapun.

Pertama, ada wanita terhebat yang sangat saya cintai, yaitu ibu. Ibu bukan sekedar orang tua yang melahirkan saya, tapi lebih dari itu, ibu merupakan satu-satunya orang yang sangat mengerti saya luar-dalam. Beliau tau apa yang saya butuhkan, dan apa yang saya inginkan. Walaupun ibu tidak selalu bisa memberi apa yang saya mau, tapi dia selalu berusaha memberikan yang terbaik utuk saya. Ibu selalu setia mendengarkan semua curahan saya, dan tidak bosan memberi masukan dan nasehat, serta semangat. Saat saya merasa takut, sakit, atau dalam keadaan yang menyedihkan, pelukan ibu yang hangat selalu menentramkan hati saya, menghilangkan semua ketakutan, dan kesedihan saya. Saat duduk dibangku SMP dulu, ibu selalu datang saat jam istirahat untuk mengantarkan makan siang dan obat  untuk saya yang saat itu memang dalam kondisi lemah. Karenanya, teman-teman saya dulu menjuliki saya "si anak mami". Tapi saya tidak peduli, karena saya tau, ibu melakukan itu karena dia sayang dan peduli pada saya. Ibu tau kondisi saya yang lemah dan tidak boleh makan sembarangan, makanya ibu rela membawakan bekal ke sekolah setiap harinya, dan saya sangat senang atas perhatian ibu yang berlimpah itu. Jujur, diantara kami juga pasti pernah terjadi pertentangan dan terkadang mengakibatkan perselisihan diantara kami. Tapi pada akhirnya ibu selalu mengalah dan selalu membentangkan pintu maafnya.
Sampai sekarang, ibu selalu memberi semangat, dukungan, dan do'a-do'a yang menjadi berkah dalam kehidupan saya. Salah satu penyemangat dan alasan saya belajar sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita adalah IBU. Karena ibu pernah memberi kertas kecil yang bertuliskan "Selamat atas prestasi-nya. Semoga dikemudian hari dapat menuai prestasi yang lebih banyak lagi. Do'a mama selalu menyertaimu." Kertas kecil itu lah yang menjadi sumber motifasi terbesarku dalam menuntut ilmu. Saya ingin meraih nilai yang bagus, serta prestasi lainnya untuk melihat senyum ibu, dan membuat ibu bangga karena memiliki saya.

Selain ibu, saya juga punya ayah yang sangat luar biasa. Ayah memang tidak seperti ibu yang bisa dijadikan teman berbagi, tetapi satu hal yang sangat berarti dari ayah, dia selalu bekerja keras demi menghidupi keluarga kami. Ayah yang bekerja dari subuh hingga menjelang malam selalu pulang dengan senyuman, seakan tidak mau memperlihatkan rasa capeknya. Bahkan sekarang ayah harus bekerja sendirian di pulau lain, tanpa istri dan anak-anaknya. Setiap kali menelepon, ayah selalu berpesan "belajar yang rajin ya, nak". Dan tentu saja, kalimat singkat dari ayah itu selalu menjadi cambuk buat saya belajar lebih giat. Ayah selalu dengan ikhlas mengeluarkan uang hasil jerih payah nya untuk kepentingan belajar saya, dan adik saya. Beliau memiliki banyak cara untuk menyemangati kami, seperti memberi hadiah atas prestasi kami, agar kami lebih terpacu untuk mendapat prestasi lainnya. Senyuman dan pelukan ayah ketika melihat prestasi yang kami dapatkan seakan berkata bahwa keringat dan rasa lelahnya hilang digantikan rasa bangga. Itu juga yang menjadi salah satu motifasiku untuk menjadi lebih baik.
Bukan hanya materi, kasih sayang, dan motifasi yang diberikan ayah kepadaku. Beliau juga sealu mengajarkan norma-norma dan pendidikan agama setiap saat. Ibu melindungiku dari kehidupan dunia, dan ayah melindungiku dari kehidupan diahirat kelak. Ayah memberi banyak aturan-aturan dalam hidup saya. Salah satu nya adalah ayah melarang saya untuk berpacaran, atau sekedar pergi berdua dengan lawan jenis. Ayah juga sangat melarang saya untuk keluar rumah pada malam hari, kecuali atas nama sekolah. Sebagian orang berfikir bahwa aturan yang diberi ayah saya adalah bentuk dari pengekangan. Tapi, saya justru bersyukur dengan ketegasan ayah saya dalam mendidik saya. Aturan yang diberi ayah, sudah jelas agar saya tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan, dan itu membuktikan bahwa ayah peduli, dan sayang kepada saya. Setiap habis shalat ayah juga tidak pernah lupa untuk membentangkan tangannya kepada Ilahi memohon kepada-Nya agar kami bisa menjadi anak-anak yang berguna kelak. Walaupun ayah pemarah, tapi ayah juga merupakan sosok yang hangat dan berhati lembut. Maka dari itu saya terus berjuang untuk menggapai harapan ayah, yang juga menjadi motivasi, serta cita-cita saya. Baik ayah, maupun ibu adaah sosok yang sangat penting, dan berharga dalam hidup saya.

Saya juga punya seorang adik perempuan yang usianya 2 tahun lebih muda. Sebenrnya dia bukan tipe adik yang manis dan menurut. Terus terang saya sering bertengkar dengannya karena sifatnya yang agak kasar. Awalnya saya sempat berfikir kalau hidup ini akan lebih menyenangkan tanpa dia, tapi saya salah. Karena ternyata, kehadiran adik dalam hidup saya merupakan anugerah tersendiri. Terkadang, adik saya menjadi sumber penyemangat yang sangat ampuh dalam hidup saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks For Reading