A. KASTA
Kasta adalah salah satu sistem pelapisan sosial yang bersifat turun-temurun. Sistem kasta dapat kita temui di negara India, yang mayoritasnya adalah penganut agama Hindu. Tetapi, selain di India, kita juga dapat menemui sistem kasta di Bali. Sama seperti kasta di India, sistem kasta di Bali diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi. Tetapi bedanya, sistem kasta di Bali tidak serumit sistem kasta di India, selain itu sistem kasta di India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sistem kasta di Indonesia, khususnya di Bali merupakan akulturasi budaya Hindu yang masuk sejak jaman kerajaan Majapahit, dan hingga sekarang, sistem kasta masih dilestarikan oleh masyarakat Bali. Kasta di Bali juga dapat menunjukan pekerjaannya.
Selain itu, masyarakat Bali umumnya memiliki nama yang diawali dengan sebutan, atau gelar dari tingkatan kasta-nya. Jenis-jenis dan tingkatan kasta di Bali yaitu :
- Kasta Brahmana. Kasta Brahmana adalah golongan orang suci menguasai ajaran, pengetahuan, adat, dan keagamaan. Karenanya, kasta ini merupakan kasta dari masyarakat yang bergerak dalam bidang religi, seperti Pendeta, pemuka agama, atau rohaniwan. Biasanya, kaum Brahmana tidak menyukai tindak kekerasan, maka dari itu kaum Brahmana kerap kali menjadi seorang vegetarian. Sebutan bagi kaum Brahmana adalah Ida Bagus untuk laki-laki, dan Ida Ayu untuk perempuan. Contohnya seperti nama salah satu artis di Indonesia yaitu, Ida Ayu Kadek Devi
- Kasta Kshatriya (Ksatria). Kasta ini adalah golongan dari para raja, adipati, mentri, atau pejabat negara (pada jaman dulu). Kaum ksatria memiliki tugas profesi sebagai bangsawan, pemimpin, dan penegak keadilan (prajurit). Singkatnya, kasta ksatria ini merupakan kasta bangsawan. Maka dari itulah, gelar yang diberikan pada kasta ksatria ini adalah Anak Agung. Contohnya seperti nama salah satu teman saya, yaitu Sagung Evie Noviana.
- Kasta Waisya. Kasta Waisya adalah golongan dari para pekerja dibidang ekonomi, seperti pedagang atau pebisnis, dan pegawai pemerintahan. Kasta Weisya, Kasta Ksatria, dan Kasta Brahmana disebut sebagai Tri Wangsa, yaitu tiga kelompok golongan karya atau profesi yang menjadi tonggak dari terciptanya kemakmuran masyarakat. Sebutan bagi kaum kasta waisya adalah Gusti Bagus untuk laki-laki, dan Gusti Ayu untuk perempuan. Misalnya Ni Gusti Ayu Lisya Viatri yang kebetulan juga merupakan salah seorang teman saya.
- Kasta Sudra. Kasta Sudra adalah golongan para pembantu ketiga kasta lainnya (Brahmana, Ksatria, dan Waisya). Kasta Sudra adalah kasta yang paling rendah. Tugas utama kaum sudra adalah yang berkaitan langsung dengan tugas-tugas kemakmuran masyarakat dan umat manusia seperti buruh, tukang, petani, pelayan, nelayan, penjaga, dan pekerja kasar. Kaum sudra tidak memiliki sebutan atau gelar pada namanya.
Pada jaman dahulu, kasta sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Kasta di Bali mulai kental saat masa penjajahan Belanda, sehingga penjajah dapat dengan leluasa memisahkan raja dengan rakyatnya. Selama berabad-abad penduduk Bali telah diajari bahwa kasta yang tinggi harus lebih dihormati, sehingga bila kita berbicara dengan orang yang berkasta tinggi, baik lebih muda, lebih tua, atau seusia, kita harus menggunakan bahasa bali yang halus. Tetapi bila bicara dengan orang berkasta rendah, kita tidak diwajibkan menggunakan bahasa halus.
Misalnya ada seorang ketua organisasi berkasta Waisya, dengan salah seorang anggotanya berkasta Brahmana. Secara otomatis, ketua organisasi tersebut harus menggunakan kata-kata yang halus kepada anggotanya yang berkasta brahmana tersebut. Ada juga kasus seperti seorang guru yang memiliki kasta lebih rendah dari muridnya. Guru tersebut harus berkata sopan kepada muridnya yang berkasta tinggi. Walau begitu, bukan berarti sang murid dapat bertindak sewenang-wenang seperti berkata tidak sopan terhadap gurunya.
Selain perbedaan dalam menggunakan bahasa, kasta juga mempengaruhi tatanan upacara adat dan agama, seperti pernikahan, dan tempat sembahyang. Pada Pura-Pura besar (seperti Pura Besakih), semua kasta bisa sembahyang dimana saja, tetapi pada Pura-Puta tertentu yang lebih kecil, ada pembagian tempat sembahyang antara satu kasta dengan kasta yang lain, agar tidak tercampur.
C. KASTA DALAM PERNIKAHAN
Kasta juga sangat sering menjadi pro dan kontra, terutama dalam masalah pernikahan. Pada jaman dulu, masyarakat Bali tidak diperbolehkan menikah dengan kasta yang berbeda, layaknya pernikahan beda agama dalam Islam. Seiring perkembangan jaman, aturan tersebut seharusnya sudah tidak berlaku lagi. Namun sebagian penduduk Bali masih ada yang mempermasalahkan pernikahan beda kasta. Pernikahan beda kasta sendiri ada dua macam, yaitu :
- Kasta istri lebih rendah dari kasta suami.
Pernikahan beda kasta ini-lah yang sudah sering terjadi di Bali. Pernikahan semacam ini biasanya memberikan kebanggan tersendiri bagi keluarga perempuan, karena putri mereka berhasil mendapatkan pria dari kasta yang lebih tinggi. Dan secara otomatis kasta sang istri juga akan naik mengikuti kasta suami. Tetapi, sang istri harus siap mendapatkan perlakuan yang tidak sejajar oleh keluarga suami. Saat upacara pernikahan, biasanya batenan untuk mempelai wanita diletakan terpisah, atau dibawah. Bahkan dibeberapa daerah, sang istri harus rela melayani para ipar dan keluarga suami yang memiliki kasta lebih tinggi. Walaupun jaman sekarang hal tersebut sudah jarang dilakukan, tapi masih ada beberapa orang yang masih kental kasta-nya menegakan prinsip tersebut demi menjaga kedudukan kasta-nya.
- Kasta istri tinggi dari kasta suami.
Pernikahan beda kasta seperti ini sangat dihindari oleh penduduk Bali. Karena pihak perempuan biasanya tidak akan mengijinkan putri mereka menikah dengan lelaki yang memiliki kasta lebih rendah. Maka dari itu, biasanya pernikahan ini terjadi secara sembunyi-sembunyi atau biasa disebut sebagai "ngemaling". Kemudian, perempuan yang menikahi laki-laki yang berkasta lebih rendah akan mengalami turun kasta mengikuti kasta suaminya, yang disebut sebagai "nyerod". Menurut kabar, sebagian besar penduduk bali lebih menyukai dan lebih dapat menerima laki-laki yang bukan orang Bali sebagai menantu, dari pada menikah dengan laki-laki berkasta lebih rendah, dan mengalami penurunan kasta.
Hal ini seperti yang pernah dialami oleh salah seorang teman saya bernama kak Lisya (Ni Gusti Ayu Lisya Viatri) yang memiliki kasta Waisya. Kak Lisya pernah berhubungan dengan laki-laki yang memiliki kasta lebih rendah dari pada kasta-nya yang kemudian sangat ditentang oleh kedua orang tua, serta keluarganya yang lain. Orang tua kak Lisya hanya mengijinkan kak Lisya untuk menikah dengan laki-laki berkasta Waisya pula. Menurut kak Lisya, anak yang memiliki kasta yang berbeda dengan orang tuanya (lebih rendah), tidak diperbolehkan untuk menyentuh jenazah orang tuanya, bila mereka meninggal kelak. Selain itu, perbedaan kasta antara anak dan orang tua juga dapat berkaitan dengan hak waris kelak.
mantap... bangga rasanya menjadi orang bali...
BalasHapusnie sekedar tambahan... http://cakepane.blogspot.com/2012/07/nama-orang-bali.html
Makasiiihhhh.. hehehee ^^
Hapusterima kasih sudah mengangkat sistim kasta dibali, semoga artike ini bermanfaat :)
Hapussilahkan kunjungi
http://cakepane.blogspot.com/2012/07/sistim-kasta-di-bali.html
untuk lebih mendalami budaya bali....
terima kasih sudah ada yg mau share tentang ini :)
BalasHapusTerimakasih juga warga Bali sudah ngasih saya ide buat tugas saya. hehehe :))
HapusNgapain terbelenggu kasta-kasta ??? Ini Indonesia yang penduduk Kristen pun bisa lebih banyak daripada umat Hindu. INI BUKAN INDIA. Ingat Ken Arok, Kertanegara yang TIDAK DIBELENGGU OLEH PENGKASTAAN.
BalasHapusSaya cinta bali saya cinta budanya. Saya salah satu dari korban terhalang kasta tentang hubungan dengan si dia. Jika dengan cara ini banyaknya orang bali yang bisa berpindah agama, banyaknya terjadi kawin lari.
BalasHapus