Tema : Warganegara dan Negara
Seperti yang kita ketahui, bumi tempat kita hidup ini sudah tidak muda lagi, dan setiap hari akan bertambah tua. Kondisi bumi juga semakin lama semakin menurun dan memburuk.Sudah banyak kerusakan-kerusakan dan bencana alam yang terjadi di bumi kita, seperti gempa, tsunami, longsor, banjir, gunung meletus, kebakaran hutan, serta yang saat ini sedang marak dibicarakan yaitu, pemanasan global, atau global warming.
Banyak sekali yang menjadi akibat dari pemanasan global tersebut, diantaranya seperti pergeseran iklim sehingga hawa di bumi semakin panas. Selain itu juga mencairnya permukaan es di kutub utara, meningkatnya permukaan laut, gangguan ekologis, hingga menipisnya lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar berbahaya.
Pemanasan global ini disebabkan oleh asap dari kendaraan bermotor, asap pabrik dan pembakaran sampah, juga sisa limbah pabrik. Sampah-sampah plastik dan kaleng serta sampah dari bahan sterofoam juga dapat menyebabkan pemanasan global. Sampah plastik membutuhkan waktu puluhan tahun untuk melakukan penguraian. Sampah plastik yang terurai akan mengakibatkan lepasnya beberapa logam berat dan zat-zat kimia yang terkandung didalam sampah plastik tersebut. Akibatnya, zat-zat yang dapat larut didalam air itu kemungkinan besar dapat masuk kedalam tubuh kita melalui makanan ataupun minuman. Sebagian orang ada yang memutuskan untuk membakar sampah-sampah plastik tersebut. Tapi perlu kita ketahui, sampah plastik yang dibakar tersebut akan menghasilkan asap yang penjadi polusi udara, sejumlah logam berat, serta zat dioksin yang dapat memicu terjadinya kanker.
Mengingat kondisi bumi yang semakin memburuk seperti diatas, pemerintah juga telah menghimbau warga dan masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan, seperti program penanaman sejuta pohon. Pohon sangat memiliki banyak manfaat, dan kumpulan pohon-pohon yang biasa kita kenal dengan hutan merupakan paru-paru dunia yang menghisap CO2, dan menghasilkan O2 untuk kita bernafas setiap saat.
Selain pemerintah, ternyata ada juga beberapa orang yang masih peduli pada lingkungan. Sebagian dari mereka yang peduli akan lingkungan membentuk organisasi bernama Warga Peduli Lingkungan (WPL) yang mulai melakukan kegiatan-kegiatan positif untuk alam sejak tahun 2000. Motif utama dari berdirinya organisasi WPL tersebut adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat disekitar sungai Citarum. Dilain pihak, ada juga warga-warga cerdas dan kreatif yang dapat membuka ladang bisnis sambil melindungi lingkungan seperti dengan mengadakan daur ulang.
Contohnya adalah daur ulang sampah plastik menjadi tas, dompet, kotak pensil, dan sebagainya. Pertama-tama, sampah plastik dicuci menggunakan sabun dan desinfektan (pemutih) untuk membersihkan kotoran, serta mensterilkan plastik dari berbagai macam kuman dan bakteri. Setelah itu plastik dijemur beberapa hari hingga kering, baru kemudian dipotong dan dipisahkan berdasarkan gambar. Kemudian, barulah potongan-potongan plastik tersebut disatukan dengan mesih jahit sesuai pola yang sudah ditentukan. Produk daur ulang dari sampah plastik ini berhasil menarik hati dan minat masyarakat. Buktinya, produk ini berhasil meraih keuntungan sebesar 32 juta dalam 3 hari saat dipamerkan di salah satu bazar di Jakarta.
Selain itu, ada Ibu Kamsi yang sudah sukses menjual produk-produk daur ulangnya hingga keluar negri seperti Singapura, Dubai, Australia, hingga Amerika. Penghasilan dari penjualan produk daur ulang sampah plastik yang diperoleh Ibu Kamsi dari Singapura dan Dubai mencapai kurang lebih 30 juta per bulannya, belum ditambah penghasilannya dari Australia dan Amerika yang tentu saja lebih besar angkanya. Bukan hanya peduli lingkungan, Ibu Kamsi juga peduli pada masyarakat yang memiliki kekurangan secara fisik, sehingga beliau memutuskan untuk mempekerjakan siswa-siswa dari Sekolah Luar Biasa atau SLB seperti wuna rugu, dan tuna wicara untuk membantunya memproduksi barang-barang daur ulang tersebut. Tambahan pula, Ibu Kamsi sempat ditawari perusahaan penghasil pasta gigi, minyak goreng, dan lain lain untuk bekerja sama, namun ditolaknya. Alasannya, Bu Kamsi ingin memberdayakan para pemulung dengan membeli sampah-sampah plastik yang sudah dikumpulkan para pemulung, ketimbang diberikan kemasan plastik-plastik baru, walaupun dengan harga yang lebih murah oleh perusahaan tersebut.
|
Tas hasil daur ulang sampah plastik |
|
Dompet hasil daur ulang sampah plastik |
Benar kan? Ditangan yang tepat, sampah-sampah plastik yang mengancam kita dapat 'disulap' menjadi barang-barang berguna. jadi, selain ambil peran dalam menjaga lingkungan, juga mendapat keuntungan besar, sekaligus membuka lahan pekerjaan buat orang lain.
Selain daur ulang sampah plastik ini, juga ada kertas daur ulang yang dibuat dari pelepah pisang. Pohon pisang hanya dapat berbuah sekali seumur hidupnya. Setelah menghasilkan buah-buah yang ranum, pohon pisang pun akan mati. Biasanya, pohon pisang yang mati itu dibiarkan saja oleh orang-orang sekitar. Namun lagi-lagi ada warga yang memiliki kreatifitas tinggi yang berhasil memanfaatkan pelepah pisang yang sudah mati menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti kertas.
Suatu hari saya melihat liputan tentang Bardiju di TV. Bardiju adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan kertas daur ulang, dan kerajinan tangan dari kertas, seperti paper bag, amplop, kotak, pigura foto, dan lain-lain. Menariknya, kertas yang dibuat oleh Bardiju tersebut bukan hanya hasil daur ulang dari bahan anorganik seperti kertas koran atau kardus saja, tetapi juga daur ulang dari bahan-bahan organik seperti pelepah pisang, enceng gondok, dan gedebok pisang.
Cara membuat kertas dari pelepah pisang pun ternyata cukup mudah. Mula-mula, pelepah pisang dan gedebok pisang dikeringkan, baru kemudian dipotong menjadi potongan-potongan kecil. Setelah itu, potongan pelepah pisang dihaluskan dengan cara dibelender, atau bisa juga menggunakan alat penggiling daging. Setelah dihaluskan, kemudian disalin ke pencetak sablon dan dijemur hingga kering dan menjadi kertas. Untuk menambah daya tarik, kertas tersebut kemudian diwarnai dengan cara dicelupkan kedalam pewarna, atau ditotolkan menggunakan spons.
Kertas-kertas hasil daur ulang tersebut dijual berdasarkan tekstur, dan ukurannya mulai dari 1000 rupiah, hingga 24.000 rupiah. Berikut ini adalah beberapa produk Bardiju yang merupakan hasil daur ulang :
|
Kotak Tisu |
|
Paper Bag |
|
Amplop |
|
Kartu Nama |
Selain itu, beberapa orang lainnya juga berhasil memanipulasi pelepah pisang menjadi benda-benda yang indah seperti karangan bunga, tempat pensil, dan boneka cantik seperti gambar dibawah :
Boneka yang cantik seperti gabar diatas adalah hasil karya Ibu Tien Soebandiri (66 tahun) yang dibuatnya dari pelepah pohon pisang. Awalnya Ibu Tien menggunakan kulit jagung untuk membuat boneka, namun sekarang beliau beralih kepada pelepah pisang yang memiliki serat lebih lentur sehingga lebih mudah untuk dibentuk. Boneka dari pelepah pisang ini dijual berdasarkan ukurannya. Untuk boneka berukuran 20 cm dihargai sekitar 50.000 hingga 70.000 rupiah. Sedangkan boneka yang besar berharga 100.000 hingga 150.000 rupiah. Dalam waktu sebulan, Ibu Tien dapat memperoleh keuntungan sebesar 5 juta rupiah dari hasil penjualan boneka pelepah pisang tersebut. Hasil karya Ibu Tien ini juga sudah berhasil menembus pasar-pasar ekspor seperti Spanyol, Mesir, Italia, dan Jepang.
Uraian diatas merupakan beberapa contoh masyarakat yang memiliki kreatifitas dengan menyulap barang-barang bekas yang merusak lingkungan, menjadi barang berharga dan bernilai tinggi. Saya yakin, diluar sana masih banyak warga yang peduli lingkungan, dan memiliki ide-ide kreatif untuk menjaga lingkungan sekaligus membuka bisnis seperti Ibu Kamsi, Bardiju, dan Ibu Tien. Semoga uraian ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat untuk kita semua.
menarik,,pngen buat
BalasHapustapi gak pande buatnya... :(